Tampilkan postingan dengan label Pengetahuan Islam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pengetahuan Islam. Tampilkan semua postingan

Kamis, 15 November 2012

Sifat Raja' (Berharap Kepada Allah SWT)

Raja’ dan Khauf merupakan 2 sayap (janaahaan) yang dengannya terbang para muqarrabiin ke segala tempat yang terpuji. Kedua sifat ini sangat penting untuk didefinisikan, karena jika tidak akan terjadi dua kesalahan yang sangat berbahaya. Pertama, adalah sikap berlebihan (ghuluww) sebagaimana yang dialami oleh sebagian kaum sufi yang menjadi sesat karena mendalami lautan ma’rifah tanpa dilandasi oleh syari’ah yang memadai [2]. Sedangkan kesalahan yang kedua, adalah sikap mengabaikan (tafriith), sebagaimana orang-orang yang beribadah tanpa mengetahui kepada siapa ia beribadah dan tanpa merasakan kelezatan ibadahnya, sehingga ibadahnya hanyalah berupa rutinitas yang kering dan hampa dari rasa harap, cemas dan cinta.

Raja’ adalah sikap mengharap dan menanti-nanti sesuatu yang sangat dicintai oleh si penanti. Sikap ini bukan sembarang menanti tanpa memenuhi syarat-syarat tertentu, sebab penantian tanpa memenuhi syarat ini disebut berangan-angan (tamniyyan). Orang-orang yang menanti ampunan dan rahmat ALLAH tanpa amal bukanlah Raja’ namanya, tetapi berangan-angan kosong.

Ketahuilah bahwa hati itu sering tergoda oleh dunia, sebagaimana bumi yang gersang yang mengharap turunnya hujan. Jika diibaratkan, maka hati ibarat tanah, keyakinan seseorang ibarat benihnya, kerja/amal seseorang adalah pengairan dan perawatannya, sementara hari akhirat adalah hari saat panennya. Seseorang tidak akan memanen kecuali sesuai dengan benih yang ia tanam, apakah tanaman itu padi atau semak berduri ia akan mendapat hasilnya kelak, dan subur atau tidaknya berbagai tanaman itu tergantung pada bagaimana ia mengairi dan merawatnya.

Dengan mengambil perumpamaan di atas, maka Raja’ seseorang atas ampunan ALLAH adalah sebagaimana sikap penantian sang petani terhadap hasil tanamannya, yang telah ia pilih tanahnya yang terbaik, lalu ia taburi benih yang terbaik pula, kemudian diairinya dengan jumlah yang tepat, dan dibersihkannya dari berbagai tanaman pengganggu setiap hari, sampai waktu yang sesuai untuk dipanen. Maka penantiannya inilah yang disebut Raja’.

Sedangkan petani yang datang pada sebidang tanah gersang lalu melemparkan sembarang benih kemudian duduk bersantai-santai menunggu tanpa merawat serta mengairinya, maka hal ini bukanlah Raja’ melainkan bodoh (hamqan) dan tertipu (ghuruur). Berkata Imam Ali ra tentang hal ini:
“Iman itu bukanlah angan-angan ataupun khayalan melainkan apa-apa yang menghunjam di dalam hati dan dibenarkan dalam perbuatannya.”
Maka renungkanlah wahai saudaraku !

Maka seorang hamba yang yang memilih benih iman yang terbaik, lalu mengairinya dengan air ketaatan, lalu mensucikan hatinya dari berbagai akhlaq tercela, ia tekun merawat dan membersihkannya, kemudian ia menunggu keutamaan dari ALLAH tentang hasilnya sampai tiba saat kematiannya maka penantiannya yang panjang dalam harap dan cemas inilah yang dinamakan Raja’. Berfirman ALLAH SWT:

“Orang-orang yang beriman, dan berhijrah dan berjihad dijalan ALLAH, mereka inilah yang benar-benar mengharapkan rahmat ALLAH.” (QS. Al-Baqarah, 2: 218).

Sementara orang yang tidak memilih benih imannya, tidak menyiraminya dengan air ketaatan dan membiarkan hatinya penuh kebusukan, darah dan nanah serta kehidupannya asyik mencari dan menikmati syahwat serta kelezatan duniawi lalu ia berharapkan ALLAH akan mengampuni dosa-dosanya maka orang ini bodoh dan tertipu. Berfirman ALLAH SWT tentang mereka ini:

“Maka setelah mereka digantikan dengan generasi yang mewarisi Kitab yang menjualnya dengan kerendahan, lalu mereka berkata ALLAH akan mengampuni kita.” (QS. Al’A’raaf, 7: 169).
Dan mereka juga berkata:

“Jika seandainya saya dikembalikan kepada RABB-ku maka aku akan mendapat tempat yang lebih baik dari ini.” (QS. Al-Kahfi, 18: 36).
Bersabda Nabi SAW:

“Orang yang pandai adalah yang menjual dirinya untuk beramal untuk hari akhirat, sementara orang yang bodoh adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya di dunia lalu berangan-angan kepada ALLAH akan mengampuninya.” (HR Tirmidzi 2459, Ibnu Majah 4260, Al-Baghawiy, Ahmad 4/124, Al-Hakim 1/57).
Keutamaan Raja’ yang lainnya adalah sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi SAW sbb:

“Seorang hamba ALLAH diperintahkan untuk masuk ke neraka pada hari Kiamat, maka iapun berpaling maka ditanya ALLAH SWT (padahal IA Maha Mengetahui): ‘Mengapa kamu menoleh?’ Ia menjawab: ‘Saya tidak berharap seperti ini’. ALLAH berfirman: ‘Bagaimana harapanmu?’ Jawabnya: ‘ENGKAU mengampuniku’. Maka firman ALLAH: ‘Lepaskan dia’.”

Raja’ hanya bermanfaat bagi orang yang sudah berputus asa karena dosanya sehingga meningggalkan ibadah, serta orang yang demikian khauf pada ALLAH SWT sehingga membahayakan diri dan keluarganya. Sedangkan bagi orang yang bermaksiat, sedikit ibadah dan berharap ampunan ALLAH, maka Raja’ tidak berguna, melainkan harus diberikan khauf.

Sebab-sebab Raja’ adalah pertama dengan jalan i’tibar yaitu merenungkan berbagai nikmat ALLAH yang telah ditumpahkan-NYA setiap waktu pada kita yang tiada sempat kita syukuri ditengah curahan kemaksiatan kita yang tiada henti pada-NYA, maka siapakah yang lebih lembut dan penuh kasih selain DIA? Apakah terlintas bahwa IA yang demikian lembut dan penuh kasih akan menganiaya hambanya?
Adapun jalan yang kedua adalah jalan khabar, yaitu dengan melihat firman-NYA, antara lain:

“Wahai hambaku yang telah melampaui batas pada dirinya sendiri, janganlah kamu putus asa akan rahmat ALLAH, sesungguhnya ALLAH mengampuni seluruh dosa-dosa.” (QS. Az-Zumar, 39: 53).
dan hadits-hadits Nabi SAW:

“Berfirman ALLAH SWT kepada Adam as: ‘Bangunlah! Dan masukkan orang-orang yang ahli neraka’. Jawab Adam as: ‘Labbbaik, wa sa’daik, wal-khoiro fi yadaik, ya Rabb berapa yang harus dimasukkan ke neraka?’ Jawab ALLAH SWT: ‘Dari setiap 1000, ambil 999!’ Ketika mendengar itu maka anak-anak kecil beruban, wanita hamil melahirkan dan manusia seperti mabuk (dan wanita yang menyusui melahirkan bayinya, dan kamu lihat menusia mabuk, padahal bukan mabuk melainkan adzab ALLAH di hari itu sangat keras. QS. Al-Hajj, 21: 2). Maka berkatalah manusia pada Nabi SAW: ‘Ya Rasulullah! Bagaimana ini?’ Jawab Nabi SAW: ‘Dari Ya’juj wa ma’juj 998 orang dan dari kalian 1 orang’. Maka berkatalah manusia: ‘ALLAHU Akbar!’ Maka berkatalah Nabi SAW pada para sahabat ra: ‘Demi ALLAH saya Raja’ bahwa kalian merupakan 1/4 dari ahli jannah! Demi ALLAH saya Raja’ kalian merupakan 1/3 ahli jannah! Demi ALLAH saya Raja’ kalian menjadi 1/2 ahli jannah!’ Maka semua orangpun bertakbir, dan Nabi SAW bersabda: ‘Keadaan kalian di hari itu seperti rambut putih di Sapi hitam atau seperti rambut hitam di Sapi putih’.” (HR Bukhari 6/122 dan Muslim 1/139)

Minggu, 09 September 2012

Pengertian Wahyu

Wahyu ialah petunjuk dan pengetahuan atau ajaran-ajaran Allah yang diberikan kepada para Nabi dan Rasul untuk disampaikan kepada ummatnya. Dengan demikian yang dapat menerima wahyu itu hanyalah para Nabi dan Rasul. Sedang petunjuk Allah yang diberikan kepada orang biasa disebut Ilham. Kumpulan dari wahyu Allah yang telah dibukukan itulah yang dinamakan kitab suci. Dengan demikian maka Kitab suci Al-Qur'an bukanlah ciptaan Nabi Muhammad SAW melainkan semata-mata Wahyu dari Allah.

Diinul Islam

Diinul islam atau Agama Islam adalah Agama Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW, untuk disampaikan kepada ummat manusia agar mereka bahagia hidupnya dunia dan di akhirat.

Rabu, 05 September 2012

Tayammum

Tayammum ialah mengusap debu (tanah) yang suci ke muka dan kedua tangan sampai siku-siku dengan syarat-syarat yang telah ditentukan. Tayammum dapat dijadikan sebagai ganti dari wudhu atau mandi bagi orang yang tidak diperbolehkan menggunakan air karena sakit dan dalam perjalanan yang sangat sukar mendapatkan air.

Syarat-syarat Tayammum
Diperbolehkan bertayammum dengan beberapa syarat :
  1. Tidak mendapatkan air, padahal sudah berusaha (optimal) mencarinya.
  2. Sudah masuk waktu sholat
  3. Dilarang menggunakan air (diagnosa dokter) karena sakit, dan bila dipaksakan akan bertambah parah.
  4. Dengan tanah suci dan berdebu
Rukun (fardlu) Tayammum
Bagi orang yang mengerjakan tayammum harus memenuhi rukun yang empat, berikut :
  1. Niat karena hendak mengerjakan sholat
  2. Mengusap muka dengan debu (tanah) yang suci
  3. Mengusap kedua tangan hingga siku-siku
  4. Tertib (berurutan)
Sunnat-sunnat Tayammum
Dalam mengerjakan tayammum disunnatkan :
  1. Membaca "Basmalah" sebelum bertayammum.
  2. Meniup debu yang ada pada kedua telapak tangan agar menipis.
  3. Berdo'a setelah bertayammum, seperti do'a sesudah wudhu.
Fungsi Tayammum
Tayammum dapat berfungsi sebagai pengganti wudhu atau mandi (wajib). Namun terdapat sedikit perbedaan penggunaannya :
  1. Setiap kali tayammum hanya dapat dipergunakan untuk mengerjakan satu kali shalat fardhu. tetapi boleh boleh digunakan beberapa kali sholat sunnat.
  2. Untuk anggota wudhu/tayammumnya yang terbalut (karena sakit). maka cukup dengan mengusap pembalutnya saja.
Hal-hal yang membatalkan Tayammum
  1. Tiap-tiap yang membatalkan wudhu, juga membatalkan tayammum.
  2. Melihat (mendapat) air sebelum shalat.
  3. Murtad (keluar dari islam).
Peragaan
  1. Menekankan kedua tangan di atas debu sambil membaca :
BISMILLAAHIR RAHMAANIR RAHIIM



   2.  Setelah debu melekat pada kedua telapak tangan, tiuplah perlahan-lahan, agar tipis dan usapkan ke muka (wajah) sambil berniat :

NAWAITUL TAYAMMUMA LIS-TIBAAHATISH SHALAATI FARDHAN LILLAAHI TA'AALAA.
Artinya : "Aku niat bertayammum untuk mengerjakan sholat , fadrdhu karena Allah ta'ala"



   3.  Sisa debu pada telapak tangan harus dibuang . selanjutnya tekan sekali lagi telapak tangan dapa debu. dan tiuplah perlahan-lahan agar menipis. Usapkan pada tangan kanan hingga siku-siku, begitu juga pada tangan kiri.

Pengertian Thaharah

Thaharah (bersuci) menurut arti bahasa, adalah bersih , sedangkan menurut syara' adalah Suci dari hadast dan najis, Suci dari hadast dengan cara mengerjakan wudhu, mandi atau tayammum. Suci dari najis dengan cara menghilangkan najis yang ada di badan, tempat dan pakaian. Alat untuk bersuci yang paling utama adalah air.

Macam-macam air
Air yang dapat digunakan untuk bersuci adalah air yang bersih (suci dan mensucikan), yaitu air yang turun dari langit atau keluar dari perut bumi dan belum dipakai untuk bersuci. Air yang suci lagi mensucikan diantaranya :
  1. Air Hujan
  2. Air Sungai
  3. Air Sumur
  4. Air Laut
  5. Air Telaga (sumber, mata air)
  6. Air Embun, dan
  7. Air Es (salju) yang sudah mencair.

Rukun Islam

Seseorang yang telah menyatakan dirinya muslim (beragama islam) agar menjadi muslim sejati (kaffah), haruslah mengerti dan menjalankan pokok-pokok ke-islaman (biasa disebut rukun islam) yang lima, yaitu :

1. Mengucapkan dua kalimah syahadat
Dua kalimah syahadat yaitu dua perkataan / dua pengakuan yang diucapkan dengan lisan dan dibenarkan oleh hati untuk menjadi orang islam.
Kalimah Syahadat :

ASYHADU AN-LAA ILAAHA ILLALLAH, WA-ASYHADU ANNA MUHAMMADAN ROSUULULLAH.
Artinya : " Saya bersaksi bahwa tidak ada tuhan (yang berhak di sembah) melainkan Allah. Dan sya bersaksi bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah.

Kedua kalimah syahadat diatas, masing-masing adalah :
  1. Syahadat Tauhid, artinya : Menyaksikan (mengakui) ke-Esaan Allah (tidak berbilang)
  2. Syahadat Rasul, artinya : Menyaksikan (mengakui) ke-Rasulan Nabi Muhammad SAW.
2. Mendirikan (menegakkan) Shalat lima waktu (kali) sehari semalam.
3. Mengeluarkan Zakat
4. Berpuasa (satu bulan penuh) pada bulan Ramadhan.
5. Menunaikan Ibadah haji bagi yang mampu ke Baitullah.

Rukun Iman

Iman adalah mempercayai dan meyakini dengan sepenuh hati, mengucapkan (berikrar) dengan lisan dan mengamalkan dengan anggota akan segala yang dibawa Rosululloh Muhammad SAW. Sedangkan orang yang mekaku dirinya beriman (mu'min) haruslah benar-benar meyakini pokok-pokok keimanan (yang bisa disebut dengan rukun iman) yang enam berikut :
  1. Beriman kepada Allah SWT dengan segala sifat kesempurnaanNya.
  2. Beriman kepada para Malaikat Allah SWT.
  3. Beriman kepada kitab-kitab Allah yang telah diturunkan kepada RasulNya.
  4. Beriman kepada Para Rasul Allah.
  5. Beriman Kepada Hari Akhir (qiyamat)
  6. Beriman kepada Qodho' dan Qodar (ketentuan Allah).
Ke-enam perkara di atas haru benar-benar tertanam dalam hati seorang mu'min, dan diaplikasikan dalam amal perbuatan sehari-hari. Karena iman merupakan pondasi kehidupan manusia yang beragama.